Di tengah suasana segenap negeri yang menantikan Hari Kemerdekaan pada 2 September, ketika banyak seniman berbagi irama yang sama dengan negara melalui melodi, video musik, dan lirik yang membangkitkan kebanggaan nasional, publik semakin menyadari peran dan tanggung jawab sosial para selebritas. Sebab, seniman tidak hanya memiliki tanggung jawab untuk berkarya dan berkontribusi bagi masyarakat, tetapi juga suara yang menghubungkan masyarakat. Oleh karena itu, sementara seniman lain selaras dengan Tanah Air dan dihormati, "nada rendah" yang tidak selaras seperti kasus MC Tran Thanh menjadi pusat perdebatan. Ketika seniman berpaling ke Tanah Air
Jika nenek moyang kita pernah menyampaikan patriotisme mereka melalui halaman-halaman gemilang musim gugur revolusioner, generasi sekarang telah memilih cara berekspresi yang berbeda: melalui musik, melalui panggung, melalui teknologi digital... Melodi-melodi itu tidak hanya untuk hiburan, tetapi juga untuk memberi tahu teman-teman di seluruh dunia bahwa Vietnam - negara yang pernah tangguh dalam perang - kini bersinar dalam damai, muda, kreatif, dan penuh aspirasi untuk bangkit.
Oleh karena itu, peringatan 80 tahun Hari Nasional, 2 September, dimeriahkan dengan gelombang musik patriotik yang kuat. Lagu-lagu dan video musik karya seniman muda bagai api kecil yang turut menyumbang obor semangat kebangsaan. Setiap melodi dan liriknya menggugah pendengar, mengingatkan bahwa dalam diri kita masing-masing mengalir darah kebanggaan Lac Hong.
Di antaranya, "Vietnam I Love" karya penyanyi Hung Min dan musisi muda Luny Vu Duy Anh menjadi sorotan. Melodinya hidup dan segar, liriknya sederhana namun penuh semangat, tidak berlebihan, tidak cerewet, namun menyentuh hati. Lagu ini bagaikan pengingat sederhana: patriotisme bukanlah sesuatu yang jauh, melainkan hadir dalam kebanggaan ketika kita menyebut dua kata Vietnam.
Dengan irama yang sama, produser Dung D.x membawakan video musik "Being a Vietnamese" dengan partisipasi banyak seniman muda dan dua penyanyi cilik, Denis Bao Thien dan Chit Bao Ngoc. Liriknya bukan slogan kering, melainkan bisikan hati: Menjadi orang Vietnam adalah kebahagiaan, kebanggaan. Perpaduan seniman dan generasi muda semakin menegaskan pesan bahwa cinta Tanah Air tak mengenal usia, melainkan berawal dari mimpi terdalam dan meluas hingga aspirasi kaum muda.

MV "The Pain in the Middle of Peace" karya Hoa Minzy memuji pengorbanan besar para ibu dan istri Vietnam yang heroik.
Video musik "The Pain in the Middle of Peace" karya Hoa Minzy memuji pengorbanan besar para ibu dan istri Vietnam yang heroik.
Jika lagu-lagu di atas membangkitkan kebanggaan, maka "The Oath for Peace" karya Nguyen Duyen Quynh merupakan penghormatan yang mendalam. Diciptakan oleh Nguyen Van Chung, lagu ini merupakan janji kepada Pasukan Keamanan Publik Rakyat, rakyat yang diam-diam menjaga perdamaian Tanah Air. Dengan suara yang hangat, pendengar merasakan pengorbanan, kesetiaan yang mutlak, untuk sekali lagi memahami bahwa patriotisme bukan hanya pujian, tetapi juga rasa terima kasih kepada mereka yang mendedikasikan seluruh hidup mereka untuk perdamaian rakyat dan negara.
Hari Kemerdekaan ini juga bergema dengan beragam suara: Tung Duong dan Nguyen Van Chung dengan "Vietnam - Bangga mengikuti masa depan" yang menegaskan bahwa setiap langkah hari ini adalah kelanjutan dari para ayah dan saudara; Trang Phap - Ha Le dengan "Forever Vietnamese" yang mengenang perasaan sederhana namun mendalam; Grup DTAP yang beranggotakan Phuong My Chi, Truc Nhan, dan Thanh Hoa membawakan "Made in Vietnam" - sebuah lagu yang modern sekaligus tradisional, menegaskan bahwa nilai-nilai Vietnam dapat menjangkau jauh. Khususnya, Dinh Lan Huong mendedikasikan video musik "Vut bay len Viet Nam" untuk anak-anak, menabur benih patriotisme sejak melodi pertama.
Dalam alur tersebut, Hoa Minzy memilih arah yang berbeda dengan "Pain in the Middle of Peace", yang menggambarkan kembali kisah Ibu Vietnam yang Heroik. Ketika gambar sang ibu yang meneteskan air mata di hadapan potret suami dan anak-anaknya muncul, seluruh penonton terdiam. Momen sakral itu mengingatkan bahwa perdamaian hari ini telah ditukar dengan darah dan air mata dari banyak generasi.
Tidak hanya melalui lagu, patriotisme juga diungkapkan melalui tindakan sederhana. Rapper Den Vau berbagi perasaannya saat pertama kali mengikuti parade di Lapangan Ba Dinh: “Di sana, saya bukan seorang seniman, melainkan hanya seorang warga negara. Namun, ketika saya berjalan di alun-alun, saya melihat mata ayah dan paman saya, mereka yang telah mengabdikan diri untuk negara, memperhatikan kami.” Kata-katanya sederhana namun sarat dengan kebanggaan dan tanggung jawab.
Melihat kembali gambaran umum tersebut, terlihat jelas: generasi seniman masa kini mengikuti jejak ayah dan saudara mereka dalam bahasa zaman mereka. Musik, seni, bahkan kehadiran sederhana dalam parade, dalam konferensi pers rasa syukur – semuanya terus menuliskan epik cinta Tanah Air.
Patriotisme tidak harus diungkapkan dengan cara-cara yang megah. Patriotisme bisa berupa melodi sebuah lagu, air mata yang jatuh saat lirik dinyanyikan, langkah kaki yang bergabung dengan kerumunan di jalan.